Karena perasaan kadang sulit di deskripsikan, orang terkadang senang membuat warna pada perasaan. Untuk tau bagaimana perasaan terlihat dan suasana yang diberikannya.
“Cinta itu putih. Akhromatis."
“Kenapa cinta itu putih? Buat saya cinta berwarna ungu muda. Manis dan misterius."
"Buat saya cinta itu fluorescent. Berpendar dan berpijar seperti warna warna neon. Seperti stabilo ini mungkin.
Karena saat seseorang yang kamu cintai ada diantara orang-orang sekalipun, kamu masih dapat melihatnya dengan jelas. Dia seperti timbul diantaranya."
Semua anggota klub buku mengangguk, menandakan setuju atau, ya... mengakui kalau kalimat kamu saat itu masuk akal. Saya diam, kemudian memperhatikan setiap kata yang ada di dalam novel yang sedang kita bahas. Mencari-cari kata "cinta" yang ada didalamnya.
Saat saya diam, seringkali karena memikirkan kalimat kamu waktu itu. Kemudian saya mengambil stabilo saya, memperhatikan warna kuning terangnya. Kemudian sama mulai memberikan tanda dengan menggariskan stabilo saya pada setiap kata "cinta" yang bisa saya temukan. Pada majalah, koran, komik, novel, textbook, semua. Semua.
Dalam mimpi saya kamu pun hadir, saya memasuki sebuah ruang mimpi fluorescent. Khas kamu.
Kamu duduk diatas rumput berwarna hijau terang, menggemgam sebuket mawar pink terang, kamu tersenyum.
Saya lihat langitnya, warna nya biru terang, dengan matahari kuning terang yang hangat. Awannya berwarna lilac. Saya tahu itu, kalau tangan kamu yang saya genggam dalam mimpi saya pasti tidak nyata. Tapi saya belum berharap untuk bangun.
Tiba-tiba putih. Semua putih.
Mata saya terbuka dengan menatap langit-langit kamar saya.
"Bersiap dengan segala rutinitas membosankan yang abu-abu."
Saya dengan perasaan saya yang abu abu melangkahkan kaki untuk menjalani rutinitas saya. Memasuki ruang perpustakaan, mengambil buku tebal dengan font typewriter pada keseluruhan 650 halamannya.
Tapi kamu disana, melihat kearah saya. Walaupun tidak terseyum tapi mata kamu ramah. Saya sedikit menunduk, membalas tatapan kamu.
Jantung saya terasa merah dan berdegup kencang, rona wajah saya berwarna pink. Saat kamu memberikan senyuman kamu yang biru.
Mengambil stabilo saya, saya berusaha menenangkan diri saya. Berusaha mencari kata "cinta" dari buku textbook yang saya baca. Tapi tidak ada. Mana mungkin ada kata cinta didalam textbook yang membahas tentang bisnis industri.
Saya diam.......
Kamu seperti kata cinta yang bergaris warna neon disana. Berada diantara semua, tapi hanya kamu yang bisa saya lihat.
Kemudian kamu beranjak dari kursi coklat kamu, melangkah menuju kearah saya.