Hari terik siang itu Kina sedang duduk termenung, sendirian di teras rumah. Menunggu memang sangat tidak menyenangkan. Kina amat sangan benci menunggu. Tapi biar lah, menunggu seseorang yang satu ini tak membuatnya marah.
Jika mengingat siapa yang akan datang kelak, wajah Kina kembali tersenyum, menjadi tak sabar. Kina bangun dan masuk ke dalam rumah. mematut dirinya dikaca. Apakah dia sudah cukup manis untuk dipandang oleh orang yang akan datang ke rumah nya siang ini?
Malam itu, pesan yang masuk ke telepon genggam Kina sungguh tidak terduga. Padahal pesan itu singkat, lelaki di seberang sana memberi kan pesan ke Kina. "Boleh aku meminjam salah satu boneka Teddy Bear mu Kina?" isi pesan pendek itu.
dengan segera Kina membalasnya, "Ya, aku sangat suka Teddy Bear dan mengoleksi nya. kamu mau pinjam yang mana?"
"Yang mana saja yang menurutmu bagus Kina"
"Baiklah, bagaimana aku memberikannya padamu?"tanya Kina. Berharap lelaki itu akan datang menemuinya segera. menerima salah satu boneka Teddy Bear kesayangannya, langsung dari tangannya.
"Ya, aku akan ke rumahmu Kina"
"Kapan?" Kina semakin tidak sabar menunggu balasan pesan selanjutnya.
"Besok siang"
Melihat pesan yang tertulis di telepon genggamnya, Kina amat sangat senang. Senang sekali. Ingin rasa nya melompat hingga ke langit malam. Memetik bintang. Duduk di lengkungan bulan sabit malam itu. Meyakinkan dirinya. Bahwa lelaki itu sungguh orang yang benar-benar mengirimkan pesan kepadanya.
Segera Kina bangun dari lamunannya. Sungguh mengerti kan bagaimana rasa nya menerima pesan singkat seperti itu?
Tapi entah, Kina tak pernah berusaha mencari tahu tentang lelaki ini. Kina hanya memandanginya, kagum pada ketekunan lelaki ini saat menuntut ilmu. Senyum lelaki ini saat mengobrol dengan teman lelakinya. Menyukai mata lelaki ini, dibalik kacamata nya, saat Kina sedang mengobrol dengan nya. Kina menyukai dalam sebatas itu. Ataukah mungkin lebih?
Segera Kina bangun dari lamunan nya. Menurunkan dirinya perlahan-lahan dari lamunan indahnya tentang lelaki ini. Segera membuka lemari boneka Teddy Bear kesayangannya di sudut kanan kamarnya, berfikir sebentar, memilih, dan bingung.
Kina Bingung boneka mana yang akan dia pinjamkan kepada lelaki ini besok siang?
Lalu, segera Kina menentukannya. diambil salah satu Boneka Teddy Bear kesayangaannya. Kina mempercayai lelaki ini, sehingga Kina berani meminjamkan salah satu boneka Teddy Bear yang paling disayanginya. Dipeluknya sebentar boneka itu, dengan erat. dipeluknya dekat dengan detak jantungnya.
"Popuri" sebut Kina pada boneka Teddy Bear kesayangannya.
"Kamu mendengar kan detak jantungku? Apa lelaki itu akan merasakan nya juga?"
Lelah bertahan pada lamunannya. Kina memutuskan untuk tidur. Malam semakin larut, udara malam semakin dingin. Kina pergi ke atas tempat tidur nya. Sambil membawa Popuri, Kina menarik selimut tidurnya yang hangat. Memeluk Popuri dan memejamkan matanya.
Masih mematut wajahnya dicermin, Kina meraih sisir. Menyisir rambut hitam sebahunya. Membenarkan letak pita ramburnya. Merapihkan gaun selutut yang digunakannya, dan kembali memandang wajahnya di cermin. "Apakah lelaki ini akan mengetahui kalau wajahku memerah saat aku mendengar suara nya, melihat senyumnya?" bicara Kina pada dirinya sendiri. Segera Kina mengambil nafas. mengendalikan perasaannya sendiri dan menghembuskaannya perlahan.
Diambilnya Popuri dikamarnya dan bergegas kembali ke teras. Telepon genggam Kina berbunyi.
"Kina, aku berada di bangunan tua dekat rumahmu. Bisa kesini?" begitulah isi pesan dari lelaki itu. Dengan senyum, Kina membalas pesan singkat itu.
"Ya tentu. Aku akan segera kesana dalam 5menit"
Beberapa detik kemudian lelaki itu membalas "Baiklah, akan aku tunggu"
Lelaki itu sudah berada disana, menunggu Kina. Hal itu membuat Kina amat sangat bahagia. Kina segera memakai flat shoes nya dan berjalan menuju bangunan tua itu. Dienggamnya erat boneka Teddy Bear kesayangaannya, Popuri, ditangan kanannya.
5menit perjalanan ini terasa amat ringan. Seperti layaknya memijak diatas awan walaupun Kina tak tahu apa rasanya menginjak awan.
Dari jauh, Kina melihat lelaki itu sedang menunggunya. Semakin dekat lagi Kina menuju bangunan tua tempat lelaki itu menunggu nya, semakin berdegup kencang hati Kina. Perasaan macam apa ini?
Melihat Kina, lelaki itu melambaikan tangannya.
"Oh Tuhan, lelaki itu tampan sekali." bicara Kina pada hatinya.Lelaki itu mengenakan Jas coklat muda. Dengan celana berwarna coklat dan sepatu hitam. Kemeja putih, dasi merah, dan kacamata frame hitam yang selalu disukai Kina. Kina lebih menyukai mata lelaki itu dibalik kacamatanya.
"Maaf, apakah kamu cukup lama menunggu?" tanya Kina pada lelaki itu.
"Tidak apa-apa Kina. Maaf kita tidak bertemu dirumahmu" jawab lelaki itu.
"Tidak masalh buatku. Ini boneka yang ingin kau pinjam" tangan Kina mengulurkan Popuri pada lelaki itu.
"Terima kasih Kina" tangan kanan lelaki itu diulurkan pada Kina.
Tak sengaja tangan mereka bersentuhan. Seperti kembang api yang meledak di tahun baru. Semeriah itu hati Kina saat itu. tanpa disuga. lelaki ini menggenggam tangan Kina.
"Kamu manis sekali hari ini Kina."
"Terima kasih...." jawab Kina sambil menundukkan kepalanya. Berusaha menyembunyikan wajahnya yang merona.
"Aku antarkan kamu pulang ya?" kemudian lelaki itu menaruh tangan kiri nya di pinggang.
Dengan perlahan kina melingkarkan tangan kanannya di tangan lelaki itu. Hangat.
Mereka berjalan menuju rumah Kina. Sungguh Kina tak ingin cepat sampai dirumahnya. Bisakah tuhan menjauhkan rumahnya saat ini. Agar perjalanan ini bisa lebih panjang. Sayangnya tidak. Kini, mereka sudah sampai diteras rumah Kina. Kina sebenarnya merasa kecewa. Dilepaskannya perlahan tangannya dari lengan lelaki itu.
"Boleh kita mengobrol di teras rumahmu Kina?"
"Tentu."
Kina amat snagat bersyukur lelaki itu maih mau bersamanya.
Kina berbincang-bincang dengan lelaki itu. Cukup lama. Bahasa yang digunakan lelaki itu amat dewasa. Membuat Kina senang mendengarkan ceritanya. Mata yang sedang ipandang Kina saat ini adalah mata yang paling indah. Kemudian hari sudah sore.
"Kina, apakau kedinginan?"
"Tidak, berbincang denganmu membuatku hangat"
"Ya hahaha. Seperti biasa, kata-katamu sangat manis Kina"
Kina hanya tersenyum manis. Berusaha semanis mungkin.
"Pakai jas ku Kina" kemudian lelaki itu menyerkhan jasnya pada Kina. Kina memakai nya dibantu lelaki itu.
"Terima kasih."
Kina, dalam hatinya. semakin luluh dengan kebaikan lelaki ini. Benarkan dia hanya ingin meminjam boneka Kina? Kina mengharapkan sesuatu yang lebih saat ini.
Kina tiba-tiba terdiam. Lelaki itu melihat ekspresi Kina.
"Ada apa Kina? Apakah kamu tidak nyaman bersamaku?"
"Tidak. Bukan seperti itu"
"Ada apa?"
"Tidak apa-apa"
"Katakan Kina. Ada apa?"
"Mengatakannya hanya akan membuatmu repot. Tidak perlu."
"Apa aku pernah menatakan kalau kau perempuan yang merepotkan, Kina?"
"Tidak"
"Maka katakanlah"
Kina terdiam sejenak....
"Ayo katakanlah Kina." desak lelaki itu. Sungguh bukan maksud Kina untuk memaksanya menjadi penasaran seperti itu.
"Baiklah" jawab Kina. "Apakah harus aku sendiri yang merasakan debaran ini? Aku takut."
"Takut?"
"Ya takut. Di dekatmu aku merasakan debaran yang aneh. Dan aku takut. Takut hanya aku yang merasakan debaran ini."
"Kau bodoh Kina" kata lelaki itu.
Kina memandang wajah lelaki itu. Ya, merasakan debaran ini sendirian memang sungguh bodoh.
Namun, lelaki itu mengulurkan tangan kanan nya dan menarik kepala Kina perlahan ke dada nya. Ke arah jantungnya.
"Bisa kau dengar Kina, debaran aneh itu terjadi padaku juga"
Kina kaget, dia tersenyum. Kemudian memeluk lelaki itu.
"Jika ada sesuatu katakanlah Kina, jangan hanya berharap. Ungkapankan harapan mu. Sakit kan berharap tapi berfikir kamu tidak diharapkan?"
"Ya."
"Untuk selanjutnya, seterusnya, selamanya, ungkapkan harapanmu padaku Kina."
Kina kemudian memandang wajah lelaki itu. Lelaki itu tersenyum kemudian menggengam kedua tangan Kina.
"Aku bersungguh-sungguh Kina"
Kina tidak percaya kata-kata lelaki itu. Matahari di senja yang indah menyilaukan mata Kina ketika memandang mata indah lelaki itu. Semua menjadi putih, putih bersih.
Kina membuka matanya. Dia berada diatas kasurnya, dengan Popuri masih dipelukannya. Matahari pagi menyingsing dari jendela kamar tidurnya.
Semua itu hanya mimpi?
Padahal, jika tuhan memberikan mimpi seindah itu, Kina rela jika dia tak dibangunkan lagi.
Kina menyakinkan dirinya. Memeluk Popuri, dan berkata
|
"Ya, aku mencintainya tuhan......" |