Hola Friends :)

welcome blog walker (o_o)b

Thursday, December 12, 2013

apa warna dari perasaan?

Karena perasaan kadang sulit di deskripsikan, orang terkadang senang membuat warna pada perasaan. Untuk tau bagaimana perasaan terlihat dan suasana yang diberikannya.

“Cinta itu putih. Akhromatis."
“Kenapa cinta itu putih? Buat saya cinta berwarna ungu muda. Manis dan misterius."
"Buat saya cinta itu fluorescent. Berpendar dan berpijar seperti warna warna neon. Seperti stabilo ini mungkin.
Karena saat seseorang yang kamu cintai ada diantara orang-orang sekalipun, kamu masih dapat melihatnya dengan jelas. Dia seperti timbul diantaranya."
Semua anggota klub buku mengangguk, menandakan setuju atau, ya... mengakui kalau kalimat kamu saat itu masuk akal. Saya diam, kemudian memperhatikan setiap kata yang ada di dalam novel yang sedang kita bahas. Mencari-cari kata "cinta" yang ada didalamnya.

Saat saya diam, seringkali karena memikirkan kalimat kamu waktu itu. Kemudian saya mengambil stabilo saya, memperhatikan warna kuning terangnya. Kemudian sama mulai memberikan tanda dengan menggariskan stabilo saya pada setiap kata "cinta" yang bisa saya temukan. Pada majalah, koran, komik, novel, textbook, semua. Semua.

Dalam mimpi saya kamu pun hadir, saya memasuki sebuah ruang mimpi fluorescent. Khas kamu.
Kamu duduk diatas rumput berwarna hijau terang, menggemgam sebuket mawar pink terang, kamu tersenyum.
Saya lihat langitnya, warna nya biru terang, dengan matahari kuning terang yang hangat. Awannya berwarna lilac. Saya tahu itu, kalau tangan kamu yang saya genggam dalam mimpi saya pasti tidak nyata. Tapi saya belum berharap untuk bangun.

Tiba-tiba putih. Semua putih.
Mata saya terbuka dengan menatap langit-langit kamar saya.
"Bersiap dengan segala rutinitas membosankan yang abu-abu."

Saya dengan perasaan saya yang abu abu melangkahkan kaki untuk menjalani rutinitas saya. Memasuki ruang perpustakaan, mengambil buku tebal dengan font typewriter pada keseluruhan 650 halamannya.

Tapi kamu disana, melihat kearah saya. Walaupun tidak terseyum tapi mata kamu ramah. Saya sedikit menunduk, membalas tatapan kamu.
Jantung saya terasa merah dan berdegup kencang, rona wajah saya berwarna pink. Saat kamu memberikan senyuman kamu yang biru.
Mengambil stabilo saya, saya berusaha menenangkan diri saya. Berusaha mencari kata "cinta" dari buku textbook yang saya baca. Tapi tidak ada. Mana mungkin ada kata cinta didalam textbook yang membahas tentang bisnis industri.
Saya diam.......
Kamu seperti kata cinta yang bergaris warna neon disana. Berada diantara semua, tapi hanya kamu yang bisa saya lihat.
Kemudian kamu beranjak dari kursi coklat kamu, melangkah menuju kearah saya.


Saya menunduk, pura-pura membacara deretan kata membosankan dalam textbook saya.
Kamu menyodorkan sebuah novel.
"Ini novel punya kamu kan? Kemarin tertinggal di atas meja. Kamu selalu duduk disini ya?"
Saya yang selalu duduk disudut perpustakaan dekat jendela besar dengan meja dan kursi yang menghadap tembok putih.
"Oh iya. Makasih." saya meraih novel.
"Kamu masih sering baca novelnya? Itu yang dibahas waktu klub buku bulan kemarin kan?"
"Iya, saya... Lumayan suka. Deskripsi warna pada perasaan sepertinya hal yang menarik buat saya."

"Menurut kamu warna cinta itu apa?"
Saya diam ......
"Kata kamu, cinta itu putih kan?" tanya kamu
"Iya, tapi kamu bilang cinta itu warnanya fluorescent. Itu jawaban yang….ya menurut saya cukup unik." jawab saya
"Mungkin buat saya putih, akhromatis."kata kamu
Kamu membuka novel kamu, kamu mengeluarkan sebuah senter uv kecil. Diatas setiap kata cinta nya ada warna berpendar.
"Akhromatis, tapi bukan berarti tidak terlihatkan. Saya jadi terpikirkan ucapan kamu waktu itu"
Mata kami bertemu, kemudian kami berdua tertawa kecil. 
"Tapi buat saya cinta warna nya fluorescent sekarang."
Saya membuka halaman novel saya, memperlihatkan bekas tanda stabilo pada setiap kata cinta nya.
"Karena kamu selalu ada dan terlihat diantara yang lainnya. Berpendar, sulit untuk tidak menemukan kehadiran kamu disini. Dimana-mana." kata saya.
"Kamu juga sama seperti warna putih akhromatis ini. Mungkin orang lain tidak bisa melihatnya, tapi saya menemukan kamu."

Dan sekarang kami berdua duduk, kamu menggemgam tangan saya.
Dan saya sekarang yakin kalo gengaman tangan kamu bukan lagi mimpi buat saya. Karena sekarang, cinta bukan lagi warna fluorescent ataupun putih akhromatis lagi.
Entah apa warna nya, saya sudah tidak ingin lagi mendeskripsikannya sekarang :)

1 comment:

silahkan komentar nya :D