Saya benci rokok.
Benci bangsa kita yang dijajah karenanya.
World Tobacco Asia selanjutnya akan tetap diselanggarakan di Indonesia. Karena indonesia, merupakan ladang emas dengan manusia-manusia perokok di dalamnya.
Rokok, adalah bahasa persahabatan katanya.
Keren adalah kamu merokok Black Menthol, laki-laki dewasa adalah perokok, banci kalau tidak katanya. Itu yang saya dengar saat SMP.
Ide macet kalau tidak mengerjakan tugas sambil merokok, tidak bisa BAB kalau tidak sambil merokok, mulut asam rasanya kalau habis makan tidak merokok.
Bandung, kota yang saya pilih sebagai tempat menuntut ilmu, mahasiswa dan mahasiswinya perokok. Melihat perempuan merokok di tempat umum sudah biasa, keren katanya.
"Kalau suami anda bekerja di industri rokok, apakah anda mau suami anda kehilangan pekerjaannya?", hardik perempuan bule kepada Ita, salah seorang yang memperjuangkan penghapusan jajahan rokok pada paru-paru orang Indonesia.
"Tapi suami saya tidak bekerja di industri rokok."
"Apa anda mau 8 juta orang Indonesia kehilangan pekerjaannya karena anda menentang industri rokok?"
Pekerjaan? Ironis.
Orang Indonesia mau menjual 50 Dus rokok untuk 1 Kilogram beras.
Rokok penyumbang besar dalam event musik Indonesia.
Sponsor tangguh untuk sepak bola Indonesia.
Indonesia, bahkan mungkin dunia, tutup mulut kalau Nikotin memang adiktif, karena penyumbang besar dalam perekonomian Indonesia adalah rokok. TV layar besar sari perusahaan rokok besar terpampang di jalanan, 24 jam menyiarkan iklan rokoknya. Strategi marketing luar biasa.
Go A Head.
Itu katanya.
Philip Morris.
Indonesia selalu mampu memperkaya harta bangsa sana.